Minggu, 10 Maret 2013

KAPASITAS DAYA LISTRIK PADA U.P.S


Sebagaimana kita ketahui bersama kualitas listrik di Indonesia pada umumnya dan di daerah saya pada khususnya tidaklah cukup baik kalau tidak bisa dibilang buruk. Listrik hidup mati udah jadi menu sehari-hari pada daerah tertentu. Belum lagi jika kita melihat dari kualitas daya sebenarnya pada jaringan listrik kita. Untuk mengatasi hal tersebut kebanyakan dari kita menggunakan UPS (Uninteruptible Power Supply) saat mengoperasikan komputer. Ada juga sih teman saya yang mengartikan singkatan UPS sebagai Unit Penyimpan Setrum ....

Satu hal yang jarang diperhatikan oleh para pemakai UPS adalah kapasitas daya “real” dari UPS. Saya sering mengamati brosur maupun rincian spesifikasi yang diberikan oleh produsen UPS mengenai produknya dan ada hal yang cukup janggal menurut saya.

Pemakai kebanyakan hanya menghitung kapasitas daya UPS dari nilai Volt Ampere (VA) yang dicantumkan oleh produsen. Padahal pada kebanyakan produk UPS tersebut nilai VA bukanlah kapasitas daya yang sebenarnya. Sebagai contoh : UPS merk XXX mencantumkan daya sebesar 700 VA. Nilai ini cukup besar menurut kita. Cukuplah buat satu set komputer berikut Speaker dan Printer. Padahal jika kita cermati lebih lanjut spesifikasi yang diberikan oleh produsen maka kapasitas daya yang sebenarnya hanyalah 350 W. Jadi hanyalah separuh dari nila VA yang dicantumkan oleh produsen. Daya segini sih sangatlah pas-pasan buat satu set komputer. Ini dengan catatan kalau memang benar nilainya segitu. Bisa saja kan produsen mencantumkan angka di atas nilai yang sebenarnya atau nilai tersebut hanya untuk kondisi tertentu saja.

Jika dihitung rata-rata satu unit komputer pada saat start-up membutuhkan daya kurang lebih 150 – 200 watt untuk komputer desktop dengan prosesor Intel Core i3 dengan monitor LCD 15,6 inchi. Itu baru komputer aja. Printer jika printer biasa (non multi fungsi), saat beroperasi kurang lebih sekitar 30 W. Kalau yang multi fungsi sekitar 40 – 50 W. Untuk speaker cempreng sih paling 5 W, kalau yang agak advanced ada yang 20 W. Kalo yang pake sub woofer besar dengan system 5.1 atau bahkan 7.1 bisa lebih gede lagi.

Jadi rata-rata satu set komputer lengkap dengan spek standar berikut speaker dan printer membutuhkan daya kurang lebih 250 – 300 W. Maka tidaklah heran kalau UPS 700 VA hanya mampu bertahan sekitar 10 menitan.

Menurut teman-teman saya yang berprofesi teknisi listrik secara teori sebenarnya nilai Watt sama dengan Volt Ampere. Jadi jika dari hitungan teorinya 700 VA itu sama dengan 700 Watt. Memang ada istilah Power Factor atau Power Efficiency atau ada juga yang menyebutnya Efficiency saja, tapi biasanya ada dikisaran 80% sampai 90%. Tapi ternyata untuk dunia UPS berlaku hitungan sendiri. Nilai VA tidak berarti sama dengan nilai Watt. Ada yang cuma setengahnya (50%) ada juga yang di atas 50%. Tergantung dari merk nya.

So apa yang harus kita lakukan saat akan belanja UPS?
1.     Hal yang terpenting menurut saya adalah hitung terlebih dahulu daya yang diperlukan oleh komputer kita. Kebutuhan daya komputer sebenarnya secara kasar dapat kita perhitungkan tanpa menggunakan peralatan khusus seperti volt meter dan sejenisnya. Lihat spesifikasi komputer, jika speknya standar (tanpa VGA card yang haus daya, harddisk dan DVDRW juga masing-masing cuma satu dan kipas-kipas dalam casing hanya yang standar-standar saja serta monitor LCD atau LED 15,6 inchi aja) maka perkiraannya ada di kisaran 200 -250 W saja saat start-up. Jangan lupa tambahkan daya dari perangkat tambahan yang nantinya akan kita hubungkan juga dengan UPS seperti Printer, Speaker dan lain-lain.
2.     perhatikan secara detail spesifikasi yang diberikan oleh produsen. Jika dalam lembaran brosurnya tidak dicantumkan nilai Watt nya, cari info lebih detail pada situs produsen UPS. Biasanya di situs produsen tercantum nilai Watt yang sebenarnya dari masing-masing produk mereka. Setelah itu sesuaikan nilainya dengan kebutuhan komputer kita. Jangan sampai UPS udah dibeli mahal-mahal, pada saat listrik mati UPS nya ikutan K.O.
3.     Perhatikan juga fitur dari UPS tersebut, apakah UPS tersebut memiliki fitur
a.     Automatic Voltage Regulator (AVR) atau tidak. AVR ini fungsinya untuk mencegah lonjakan tegangan listrik secara tiba-tiba.
b.     Kalau bisa pilih juga UPS yang memiliki indikator kapasitas baterai secara visual, agar kita lebih mudah memperkirakan kapan daya UPS tersebut akan habis. Memang sih kebanyakan UPS setidaknya dilengkapi dengan alarm peringatan. Saat daya nya akan habis maka alarm akan berbunyi semakin cepat. Tapi agak sulit juga memperkirakan kapan daya akan habis jika hanya mendengar bunyi alarm nya saja. Apalagi pernah saya temui UPS yang bunyi alarm nya kecil sekali, kalau lingkungan sekitar komputer cukup bising, ndak bakal kedengaran dah bunyi alarm nya.
c.      Terakhir kalau bisa pilih UPS yang dilengkapi dengan software pengaturan untuk komputer, agar saat daya akan habis software dapat memerintahkan komputer untuk shutdown secara otomatis tanpa perlu campur tangan kita.

Sebenarnya sih ada lagi spesifikasi yang harus kita perhatikan juga, yaitu transfer time. Transfer time ini maksudnya waktu yang diperlukan oleh relay dalam UPS untuk beralih dari pasokan listrik ke pasokan daya dari baterai. Hanya saja saya amati selama ini semua produsen mencantumkan nilai yang hampir sama yaitu 5 – 10 ms (mili sekon). Agak sulit juga bagi kita untuk menilainya sendiri apakah nilai tersebut benar atau tidak. Makanya tidak saya ikut sertakan sebagai salah satu faktor penilaian karena saya tidak tahu cara untuk membuktikannya.

Hope this is useful
Regards

Chandra

4 komentar:

  1. Mantap kang, thanks infonya.....

    BalasHapus
  2. Ijin re-share, gan. Info yang sangat bermanfaat soalnya.

    BalasHapus
  3. Gan kalo ups sendiri butuh daya berapa dari listrik pln? Kira2 signifikan kenaikan pemakaian listriknya gak?

    BalasHapus